Sabtu, 30 Desember 2017

Artikel Mendeley

Karakteristik Mutu Agribisnis Kopi Robusta di Lereng Gunung Tambora Sumbawa, Desa Giri Mekar Kabupaten Bandung, Kabupaten Solok, Kabupaten Jember, dan Analisis Daya Saing serta Pengembangan Komoditas Kopi Robusta di Indonesia.
           
            Eksplorasi potensi pengembangan kopi di daerah terpencil sangat diperlukan untuk mendukung peningkatan kesejahteraan petani dan keluarganya. Indonesia mempunyai peluang yang besar dalam hal pengembangan komoditas kopi, karena terdapat sumberdaya alam yang cukup banyak sebagai modal potensial untuk mengembangkan komoditas tersebut. Kopi merupakan komoditas potensial yang secara luas diusahakan oleh perkebunan rakyat maupun besar. Ditinjau dari aktivitas ekonominya, kopi dipandang sebagai komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan strategis untuk pemerataan pendapatan. Sehingga dapat memberikan kontribusi yang cukup besar dalam meningkatkan kesejahteraan petani beserta keluarganya di daerah terpencil, menyediakan kesempatan kerja, dan memberikan pemasukan bagi devisa negara. Berdasarkan wilayah pengembangannya, sentra penghasil kopi Robusta berada di wilayah Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. Potensi pengembangan kopi Robusta dapat dilakukan di wilayah Sumatera Selatan dan Lampung, karena komoditas kopi di wilayah tersebut termasuk komoditas andalan bagi pendapatan rumah tangga petani dan merupakan mata pencaharian utama masyarakat setempat sejak lebih dari satu abad yang lalu. Peningkatan daya saing kopi Robusta di kawasan tersebut merupakan upaya strategis untuk memperluas pangsa pasar domestik dan internasional.(Aklimawati, Yusianto, & Mawardi, 2014)
            Menurut Aklimawati et al., (2014) selain di wilayah Sumatera Selatan dan Lampung, areal pertanaman kopi rakyat juga terdapat di Tambora, dimana areal pertanaman kopi disana berada dalam satu hamparan walaupun terbentang di dua wilayah kabupaten, yaitu Dompu dan Bima. Pengelolaan kebun di kawasan ini sebagian besar dilakukan oleh petani. Kabupaten Dompu terpusat di Kecamatan Pekat dengan presentase sebesar 99,84% terhadap total luas areal tanaman. Sedangkan, di Kabupaten Bima sebagian besar berada di Kecamatan Tambora dengan persentase sebesar 87,33% terhadap total luas areal tanaman kopi. Hal ini menunjukkan bahwa pada masing-masing kabupaten hanya terdapat satu wilayah potensial untuk mengembangkan komoditas kopi petani.
            Indonesia adalah produsen kopi terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Vietnam dengan menyumbang sekitar 6% dari produksi total kopi dunia. Indonesia juga merupakan pengekspor kopi terbesar keempat dunia dengan pangsa pasar sekitar 11% di dunia. Indonesia menjadi penghasil kopi Robusta terbaik terbaik kedua setelah Vietnam. Hal ini dapat dibuktikan dengan menggunakan kuisioner dan wawancara. Seperti dilakukan dengan teknik statistik deskriptif, yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara menggambarkan data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum dan analisis usahatani. Contohnya potensi perkembangan komoditas kopi di Jawa Barat terdapat peningkatan, namun pemerintah provinsi masih terus mengupayakan dalam perluasan areal lahan kopi di Jawa Barat. Pemerintah mengawali tahun 2016 dengan membagikan benih kopi hingga 2 juta benih pohon, benih tersebut diberikan pada 65 kelompok tani dari 11 kabupaten di Jawa Barat. Pada tahun 2017 rencanya akan dibagikan 1 juta benih pohon kopi. Dengan bantuan benih pohon kopi ini, akan semakin menambah luas lahan perkebunan kopi di Jawa Barat hingga 35.486 hektar. (Amir, Rasmikayati, & Saefudin, 2017)
            Hingga saat ini kopi masih merupakan salah satu komoditi hasil perkebunan yang penting dalam perekonomian Nasional. Kopi yang dimaksud disini adalah kopi robusta. Dari total produksi kopi Indonesia 90% nya adalah kopi robusta dan 10 % kopi arabika. Dari jumlah kopi yang diperdagangkan di pasar internasional 70% nya adalah kopi robusta, dan 30% kopi Arabika. Kopi merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang mempunyai kontribusi cukup nyata dalam perekonomian Indonesia, yaitu sebagai penghasil devisa negara, sumber pendapatan petani, penghasil bahan baku industri, penciptaan lapangan kerja serta pengembangan wilayah. (Amir et al., 2017)
            Tetapi dalam melakukan usahatani kopi robusta, para petani belum mengusahakannya melalui budidaya yang baik. Contohnya di Kabupaten Solok, dimana rata-rata produktifitas kopi robusta adalah 629,031 Kg/Ha. Menurut literatur produktifitas rata-rata untuk kopi robusta adalah 1.400 sampai 2.100 Kg/ha. Dengan demikian produktifitas kopi robusta di Kabupaten Solok masih tergolong rendah. Rendahnya mutu produksi kopi robusta disebabkan oleh pengelolaan kebun, panen dan penanganan pasca panen yang kurang memadai karena hampir seluruhnya kopi robusta diproduksi oleh perkebunan rakyat. Disamping itu, pasar kopi masih menyerap seluruh produk kopi dan belum memberikan insentif harga yang memadai untuk kopi bermutu baik. Budidaya kopi sebenarnya sudah dilakukan oleh petani sejak jaman penjajahan, tetapi pengelolaannya masih tetap tradisional.(Hariance, Febriamansyah, & Tanjung, 2015)
            Sebagai salah satu negara produsen utama kopi, Indonesia menghadapi ujian berat, karena selain kondisi tanaman yang sudah tua dan mutu produksi yang rendah, kemerosotan harga kopi yang menyebabkan kebun makin tidak terpelihara dan produktivitas makin rendah. Kondisi perkopian di berbagai daerah ternyata juga cukup memprihatinkan. Tetapi pengelolaan komoditas kopi telah membuka peluang bagi lima juta petani. Disamping itu, juga menciptakan lapangan kerja bagi pedagang pengumpul hingga eksportir, buruh perkebunan besar dan buruh industri pengolahan kopi. Dalam konsep produksi, tinggi rendahnya produksi suatu usahatani ditentukan oleh beberapa faktor antara lain lahan pertanian, tenaga kerja, modal, manajemen, iklim, dan faktor sosial dan ekonomi produsen. Selain dipengaruhi faktor tersebut, produksi juga sangat dipengaruhi oleh kondisi setempat mengingat sifat pertanian yang adaptasinya tergantung pada kondisi setempat (local spesific). Setiap faktor produksi tersebut memiliki kemampuan dalam membatasi tinggi rendahnya tingkat produksi. (H.S, Sugeng, & Titin, 2015)
            Menurut Nalurita, Asmarantaka, & Jahroh, (2014) total produsen kopi di Indonesia mencapai 205 perusahaan, namun sebagian besar adalah perusahaan dengan usaha skala kecil yang hanya menguasai pangsa pasar 8%. Di pasar internasional, rendahnya mutu kopi Indonesia dan selera konsumen dunia yang lebih menyukai kopi jenis Arabika, sementara Indonesia hanya mampu menyumbang 27,7 persen kopi jenis Arabika dari total produksi kopi domestik, menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia. Penelitian mengenai daya saing kopi sudah banyak dilakukan. Diantaranya Asmarantaka, yang melakukan penelitian mengenai daya saing ekspor kopi Indonesia dengan data time series 1989 sampai 2008. Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis daya saing secara komparatif adalah RCA, yang menunjukkan bahwa Indonesia memiliki daya saing kopi secara komparatif dengan nilai RCA rata-rata 6,55. Sedangkan secara kompetitif adalah EPD, dimana diketahui bahwa meskipun ekspor kopi dunia mengalami pertumbuhan yang menurun, namun ekspor kopi di Indonesia mengalami pertumbuhan yang positif.


Daftar Pustaka
Aklimawati, L., Yusianto, & Mawardi, S. (2014). Karakteristik Mutu dan Agribisnis Kopi Robusta di Lereng Gunung Tambora, Sumbawa. Pusat Penelitian Kopi Dan Kakao Indonesia, 30(2), 159–180.
Amir, H. N., Rasmikayati, E., & Saefudin, R. B. (2017). ANALISIS USAHATANI KOPI DI KELOMPOK TANI HUTAN GIRI SENANG DESA GIRI MEKAR KABUPATEN BANDUNG. Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH, 4(3), 472–479.
H.S, T. M., Sugeng, R., & Titin, A. (2015). PROSPEK PENGEMBANGAN KOMODITAS KOPI ROBUSTA DI PT. KALIPUTIH KECAMATAN LEDOKOMBO KABUPATEN JEMBER. JSEP, 8(2), 11–24.
Hariance, R., Febriamansyah, R., & Tanjung, F. (2015). AGRIBISNIS PERKEBUNAN RAKYAT KOPI ROBUSTA DI KABUPATEN SOLOK. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Andalas, 14(1), 11–25.
Nalurita, S., Asmarantaka, W. R., & Jahroh, S. (2014). ANALISIS DAYASAING DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI INDONESIA. Jurnal Agribisnis Indonesia, 2(1), 63–74.


Tahap-tahap menggunakan Aplikasi Mendeley

0 komentar:

Posting Komentar