Rabu, 11 Maret 2020

Budaya Dan Kelas Sosial


BUDAYA DAN KELAS SOSIAL

NAMA            : RINA CHINTYA D.
NIM                : 170321100004
KELAS           : PERILAKU KONSUMEN – C

Konsumen adalah makhluk social, dimana merupakan makhluk yang hidup bersama dengan orang lain dan berinteraksi dengan sesamanya. Orang – orang di sekeliling inilah yang disebut sebaga Iingkunga social konsumen. Konsumen sering berinteraksi satu sama lain., saling mempengaruhi dalam membentuk penilaian, perilaku, kebiasaan, sikap, dan kepercayaan serta budaya.

Budaya bukan hanya yang bersifat abstrak seperti nilai, pemikiran, dan kepercayaan, akan tetapi budaya bisa berbentuk objek material. Budaya akan memberikan petunjuk kepada seseorang tentang perilau yang diterima oleh suatu masyarakat dan budaya juga memberikan rasa memiliki indentitas bagi seseorang dalam kelompok masyarakat. Makna budaya biasanya diciptakan oleh seseorang dalam sebuah kelompok kecil. Pada tingkatan yang lebih luas, pemerintah, lembaga social, lembaga keagamaan, universitas, dan perusahaan juga menciptakan makna budaya.
       A.  Kebudayaan
            a. Arti Pengaruh Kebudayaan
Kebudayaan dapat diartikan sebagai kompleks simbol dan barang-barang buatan manusia yang diciptakan oleh masyarakat tertentudan diwariskan dari generasi satu ke generasi yang lain sebaga faktor penentu dan pengatur perilaku anggotanya. Budaya memperlengkapi orang dengan rasa identitas dan pengertian akan perilaku yang dapat diterima di dalam masyarakat. Budaya merupakan karakter yang penting dari suatu status sosial yang membedakannya dari kelompok kultur yang lainnya. Elemen yang peru dirisbawahi adalah nilai, bahasa, mitor adat, ritual dan hukum yang mempertajam perilaku atas kultur. Beberapa dari sikap dan perilaku yang lebih penting dan dipengaruhi oleh budaya yaitu:
1.    Rasa diri dan ruang
2.    Pakaian dan penampilan
3.    Waktu dan kesadaran akan waktu
4.    Komunikasi dan bahasa
5.    Makanan dan kebiasaan makan
6.    Hubungan
7.    Nilai dan norma
8.    Kepercayaan dan sikap
9.    Proses mental dan pembelajaran
10.  Kebiasaan kerja dan praktek
            b. Demografi dan Sub Budaya
Menurut Kotler dan Armstrong (2001), sub budaya adalah sekelompok orang dengan sistem nilai bersama berdasarkan pengalaman dan situasi hidup yang sama. Ada beberapa jenis sub budaya, yaitu usia, agama, kelas sosial, jenis kelamin, etnis, dan regional. Masing-masing sub budaya tersebut sangat mempengaruhi perilaku konsumen. Demografi adalah ilmu tentang populasi manusia dalam hal ukuran, kepadatan, lokasi, umur, jenis kelamis, ras, mata pencahrian, dan statistik lainnya. Lingkungan demografi adalah kepentingan utama bagi pemasar karena lingkungan ini melibatkan orang-orang, dan orang-orangakan membentuk pasar.
Konsep subbudaya dan demografi sangat erat hubungannya. Variabel demografi menggambarkan karakteristik populasi. Contoh variabel demografi adalah:
1.    Kebangsaan
2.    Status perkawinan
3.    Usia
4.    Pendapatan
5.    Agama
6.    Suku
7.    Jenis kelamin
8.    Suku
9.    Pekerjaan
10.  Pendidikan
            
       B. Kelas Sosial
            a. Pengertian Kelas Sosial
1. Menurut Pitrim A. Sorokin yang dimaksud dengan kelas sosial adalah “Pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarchis). Dimana perwujudannya adalah lapisan-lapisan atau kelas-kelas tinggi, sedang, ataupun kelas-kelas yang rendah ”.
2. Jeffries mendefinisikan kelas sosial merupakan konsep kelas melibatkan perpaduan antara ikatan-ikatan. Yang diantaranya adalah ekonomi, pekerjaan dan pendidikan.Yang mana ketiga dimensi tersebut saling berkaitan.
3. Bernard Barber mendefinisikan kelas sosial sebagai sebagai himpunan keluarga-keluarga.
           Jadi, dari beberapa definisi yang dikemukakan para ahli sosiologi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kelas sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarchis), yang mana terjadinya pembedaan kelas dalam masyarakat tersebut didasarkan pada faktor ekonomi, pendidikan, pekerjaan dan keterkaitan status (jabatan) seorang anggota keluarga dengan status anggota keluarga yang lain, bilamana jabatan kepala keluarga naik, maka status anggota keluarga yang lain ikut naik pula.
            b. Faktor Penentu Kelas Sosial
                 Adapun faktor yang menjadi penentu dari terbentuknya kelas social, yaitu :
1. Kekayaan dan penghasilan, uang diperlukan pada kedudukan kelas sosial atas. Untuk dapat memahami peran uang dalam menentukan kelas sosial, kita harus menyadari bahwa pada dasarnya kelas sosial merupakan suatu cara hidup. Diperlukan banyak sekali uang untuk dapat hidup menurut cara hidup orang berkelas sosial atas. Untuk memahami peran uang dalam menentukan strata sosiai/kelas sosial, kita harus menyadari bahwa pada dasamya kelas sosial merupakan suatu cara hidup. Artinya bahwa pada kelas-kelas sosial tertentu, memiliki cara hidup atau pola hidup tertentu pula, dan untuk menopang cara hidup tersebut diperlukan biaya dalam hal ini uang memiliki peran untuk menopang cara hidup kelas sosial tertentu.
2. Pekerjaan, pekerjaan juga merupakan aspek kelas sosial yang penting, karena begitu banyak segi kehidupan lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan. Jika dapat mengetahui jenis pekerjaan seseorang, maka kita bisa menduga tinggi rendahnya pendidikan, standar hidup, teman bergaul, jam bekerja, dan kebiasaan sehari- harinya. Dengan kata lain, setiap jenis pekerjaan merupakan bagian dari cara hidup yang sangat berbeda dengan jenis pekerjaan lainnya.
3. Pendidikan, kelas sosial dan pendidikan saling mempengaruhi sekurang-­kurangnya dalam dua hal. Pertama, pendidikan yang tinggi memerlukan uang dan motivasi. Kedua, jenis dan tinggi rendahnya pendidikan mempengaruhi jenjang kelas sosia. Pendidikan tidak hanya sekedar memberikan ketrampilan kerja, tetapi juga melahirkan perubahan mental, selera, minat, tujuan, etiket, cara berbicara - perubahan dalam keseluruhan cara hidup seseorang.
           c. Macam-Macam Kelas Sosial
             Mosca membedakan antara kelas yang berkuasa dan kelas yang dikuasai, antara orang kaya dan orang miskin. Bahkan seorang ilmuwan yang bernama Warner merinci tiga kelas ini menjadi enam kelas yaitu:
1. Kelas atas – atas (upper-upper class) mencakup keluarga-keluarga kaya lama, yang telah berpengaruh dalam masyarakat dan sudah memiliki kekayaan yang begitu lama, sehingga orang-orang tidak lagi bisa mengingat kapan dan bagaimana cara keluarga-keluarga itu memperoleh kekayaanya.
2. Kelas atas bawah (lower upper class) mempunyai jumlah uang yang sama, tetapi mereka belum terlalu lama memilikinya dan keluarga ini belum lama berpengaruh terhadap masyarakat.
3. Kelas menengah atas (upper middle class) mencakup kebanyakan pengusaha dan orang profesional yang berhasil, yang umumnya berlatar belakang keluarga baik dan berpenghasilan yang menyenangkan.
4. Kelas menengah bawah (lower middle class) meliputi para juru tulis, pegawai kantor dan orang-orang semi profesional.
5. Kelas bawah atas (upper lower class) terdiri atas sebagian besar pekerja tetap.
6. Kelas bawah bawah (lower-lower class) meliputi para pekerja tidak tetap, penganggur, buruh musiman.

STUDI KASUS
Judul : Pengaruh Budaya Dan Sosial Terhadap Keputusan Pembelian Pada PT. Bina Langgeng Lestari (Tony Moly Cosmetic) Medan
Oleh : Efrizal Adil, SE, MA dan Samrin, SE, MM
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNPAB

Keanekaragaman konsumen dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari internal maupun eksternal dari seorang konsumen, seperti budaya dan kelas social seseorang. Menurut Kotler, (2013) kebudayaan merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar untuk mendapatkan nilai, persepsi, preferensi dan perilaku dari lembagalembaga penting lainnya. Sedangkan budaya adalah segala nilai, pemikiran, simbol yang mempengaruhi perilaku, sikap, kepercayaaan dan kebiasaan seseorang dan masyarakat. Dan kelas social merupakan proses pembagian masyarakat yang relatif homogen dan permanen, dimana para anggotanya menganut nilai, minat dan perilaku sama. Terkait dengan perilaku konsumen, ternyata faktor budaya dan kelas sosial konsumen memiliki pengaruh yang luas dan mendalam terhadap perilaku konsumen dalam keputusan pembelian.
Menurut Mowen (2006), faktor sosial adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai acuan dalam berinteraksi antar manusia dalam konteks masyarakat atau komuniti, sebagai acuan berarti sosial bersifat abstrak yang berisi simbol-simbol berkaitan dengan pemahaman terhadap lingkungan, dan berfungsi untuk mengatur tindakan-tindakan yang dimunculkan oleh individu-individu sebagai anggota suatu masyarakat. Faktor sosial terdiri dari 3 kelompok, yaitu kelompok acuan, yang mana terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku orang tersebut. Kemudian ada keluarga, yang merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling berpengaruh dalam masyarakat dan para anggota keluarga menjadi kelompok acuan primer yang paling berpengaruh. Dan yang ketiga adalah peranan dan stastus, yang meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang dan masing – masing peranan akan menghasilkan status.
Saat ini industri kosmetik di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat atau dengan kata lain memberikan keuntungan yang sangat menjanjikan. Berbagai jenis kosmetik yang diproduksi untuk menarik minat para konsumen, khususnya konsumen wanita, mulai dari kosmetika untuk membersihkan wajah, mencerahkan wajah, hingga serum vitamin untuk wajah. Penampilan yang cantik dan menarik dari sesorange tentu akan mempengaruhi rasa percaya diri seseorang. 
Salah satu merek kosmetik yang memiliki kualitas dan keunikan tersendiri, yaitu Tony Moly Cosmetic. Brand ternama tersebut adalah perusahaan merek kosmetik populer berasal dari luar negeri yang terkenal dalam berbagai macam produk kecantikan, produk perawatan rambut dan telah memasarkan produk seperti eye shadow, lipstik, foundation, produk makeup dan perawatan wajah hingga ke manca negara. Selain itu ada beberapa perusahaan merek kosmetik dalam negeri seperti Mustika Ratu, Martha Tilaar, Wardah, dan lain lain.
PT Bina Langgeng Lestari Medan merupakan perusahaan yang memasarkan produk – produk kosmetik dengan merek Tony Moly Comestic. Adanya media yang memunculkan image bahwa seorang wanita itu akan terlihat cantik apabila berkulit putih, sehingga hal ini menyebabkan konsumen menjadi ragu dan berkeinginan untuk beralih ke cosmetic dengan merk lain. Untuk itu perusahaan harus mampu dalam mengatasi perubahan tersebut, agar terhindar dari kerugian dan tidak terkena pengaruh yang mengakibatkan beralihnya keputusan konsumen atas pembelian produk Tony Moly Cosmetic.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara budaya dan kelas sosial terhadap keputusan pembelian pada PT. Bina Langgeng Lestari (Tony Moly Cosmetic) Medan. Bagi perusahaan, untuk lebih meningkatkan keputusan pembelian pada PT. Bina Langgeng Lestari (Tony Moly Cosmetic) Medan, perusahaan bisa memproduksi produk – produk terbaru sesuai dengan selera konsumen yang terus menerus berubah serta mengadakan event – event tertentu dalam rangka menarik perhatian konsumen baru.

DAFTAR PUSTAKA
Sumarwan. Ujang. 2015. Perilaku konsumen teori dan penerapannya dalam pemasaran. Bogor : Ghalia Indonesia.
Adil E. dan Samrin. 2016. Pengaruh Budaya Dan Sosial Terhadap Keputusan Pembelian Pada Pt. Bina Langgeng Lestari (Tony Moly Cosmetic) Medan. Jurnal Manajemen Tools. 6 (1) : 30 – 38. 


0 komentar:

Posting Komentar