Kisah Catherine Hindra Sutjahyo, Sang Pendiri
"Online Shop Zalora Indonesia" dan CEO Alfaonline yang Kepincut Dunia
e-Commerce
Hai hai sobat semuanya…. Buat kalian yang suka
berbelanja online pasti sagat familiar dengan web Zalora. Yup, web online shop ini
merupakan salah satu referensi buat kalian yang sedang mencari koleksi fashion
terbaru, berkualitas, bermutu dan tentunya juga trendy. Nah, dibalik kesuksesan
Zalora ini, rupanya ada sosok wanita berparas cantik yang merupakan pendirinya.
Siapakah dia? Yuk langsung aja simak cerita awal karir dari pendiri Zalora
di bawah ini…
Dia adalah Catherine Hindra Sutjahyo, wanita kelahiran
Surabaya, 14 Januari 1983 adalah sosok wanita yang smart, energik, cekatan dan
sangat pas menggambarkan sosok perempuan muda jaman now. Putri dari pasangan
Hindra Sutjahyo dan Emi, putri kedua dari tiga bersaudara ini memang memiliki
jiwa pekerja keras yang tinggi. Catherine menempuh pendidikan di Nanyang
Technological University di Singapore dan mengambil jurusan banking dan finance.
Awal karier yang cemerlang
sudah dia rintis sejak tahun 2010 saat bergabung dengan McKinsey, sebuah
perusahaan konsultan kelas dunia. Di perusahaan inilah dia menangani
perusahaan-perusahaan besar yang menjadi klien dari McKinsey. Saran-saran hebat
yang diperoleh dari seniornya di perusahaan McKinsey tentunya menjadi andalannya
dalam menangani para klien.
Awal Karir
Sejak
tahun 2010, Catherine Hindra Sutjahyo sudah merintis karir cemerlangnya dengan
bergabung bersama perusahaan konsultasi kelas dunia yakni Mckinsey. Tidak
main-main dengan perusahaan ini, rupanya klien dari perusahaan ini merupakan
perusahaan - perusahaan besar kelas dunia. Namun, Catherine Hindra
Sutjahyo tidak langsung berpuas diri sebagai ciri ciri perempun yang cerdas. Buktinya pada tahun 2012, dia melakukan sebuah
lompatan besar.
Bersama
seorang rekannya yang bernama Hadi Wenas, dia mendirikan sebuah fashion online yang
diberi nama “ZALORA”. Hal ini tentunya merupakan sebuah kejutan yang cukup
menuai sukses, dilihat karena dia sebagai salah satu pengusaha wanita sukses di Indonesia. Dengan melihat adanya peluang dan
potensi yang cukup besar di Indonesia, maka Catherine bersama rekannya,
memiliki semangat yang tinggi untuk terus mengembangkan bisnis fashion online
tersebut.
Dengan
jumlah penduduk lebih dari 240 juta jiwa, Indonesia adalah pasar yang potensial
untuk E-Commerce. Tentunya dengan adanya industri E-Commerce yang menjadi salah
satu peluang bisnis dengan masa depan yang menjanjikan serta bisa membuatnya
menjadi wanita yang berpengaruh di Indonesia, Catherine sangat percaya diri untuk terus
mengembangkan bisnisnya tersebut. Terlebih lagi didukung dengan kemajuan
teknologi dan juga zaman yang serba cepat, praktis dan tidak ribet, tentunya
belanja online menjadi pilihan utama masyarakat millennial saat ini.
Kesuksesan Zalora Sebagai Fashion Online Terkemuka
Kesuksesan
ini dimulai sejak dilakukannya soft launching pada tanggal 24 Februari 2012 dan
dilanjutkan dengan grand launching pada bulan September 2012. Online shop
Zalora menjadi salah satu E-Commerce yang langsung mendapat perhatian terbanyak
dari public, terutama dari kaum millennial saat ini. Tercatat lebih dari
100.000 fans Zalora di facebook, 4.000 follower (pengikut) di twitter dengan rata-rata
pembelian per hari mencapai 600-700 transaksi. Saat ini, online shop Zalora
memiliki kurang lebih 200 karyawan dengan pusat distribusi di wilayah Jakarta
Timur yang mempunyai luas 5000 m2.
Online
shop Zalora Indonesia ini, juga merupakan bagian dari perusahaan induk atau
perusahaan utama yang berfokus pada fashion online bernama Zalando. Dimana
Zalando ini hadir di 17 negara. Zalora dapat
berkembang dengan sangat cepat menjadi online shop yang terkenal dikarenakan analisisnya
yang tajam terhadap bisnis E-Commerce, yang pada akhirnya membuahkan hasil yang
maksimal.
Saat
ini, situs Zalora bahkan telah hadir di beberapa negara Asia seperti Singapura,
Malaysia, Thailand, Filipina, Hongkong, dan Taiwan. Zalora bekerja sama dengan 400
brand fashion ternama, baik lokal maupun interlokal. Zalora hadir dengan lebih
dari 200.000 item fashion yang banyak di minati oleh masyarakat, khususnya kaum
millennial.
Catherine
mempunyai harapan ang besar, bahwa Zalora akan menjadi ‘The One Destination’ di
Indonesia, di tengah banyaknya kemunculan E-Commerce pesaingnya. Maka tidak
heran jika kemudian situs Zalora ini melakukan promosi atau diskon
besar-besaran, baik melalui media online maupun offline.
Kesuksesan
yang telah dicapai oleh Zalora, tentunya bukan idapatkan secara instan.
Melainkan dari hasil dan pengalaman yang matang selama di McKinsey yang
kemudian menghasilkan berbagai pemikiran yang begitu terstruktur. Selain itu, tak
luput juga karena adanya kemauan dan kerja keras untuk terus selalu belajar. Terutama
mengenai bidang fashion sebagai pusat dari keberadaan Zalora di Indonesia. Di luar kesibukannya sebagai
pendiri situ online shop Zalora, dia juga mendirikan sebuah yayasan untuk
membantu anak-anak yang kurang mampu di Indonesia dalam menyelesaikan
pendidikan mereka.
Tapi
dibalik kesuksesannya itu, ternyata dalam menjalankan bisnis fashion online
ini, Catherine
menemui banyak rintangan saat mulai mendirikan Zalora. Ia mengungkapkan bahwa
tidak mudah bagi sebuah situs E-Commerce
untuk
mendapatkan kepercayaan publik, terlebih lagi di bidang fashion dan lifestyle.
Orang-orang cenderung ingin mencoba pakaian dan aksesoris yang mereka beli
untuk meyakinkan diri. Untuk mengatasi hal tersebut, Zalora kemudian menawarkan
solusi cash-on-delivery service yang memungkinan pelanggan untuk
memeriksa barang terlebih dahulu sebelum membayarnya. Catherine juga terus
berusaha untuk menegaskan bahwa Zalora memiliki sistem yang aman dan bebas
resiko, sehingga pelanggan semakin percaya dan loyal.
Sukses
menempatkan Zalora sebagai salah satu E-Commerce terpopuler, Catherine mencoba
peruntungan baru dengan bergabung bersama Tres Maria Capital. Di tempat baru
ini, Catherine belajar tentang strategi investasi di seluruh rantai bisnis.
Pekerjaan itu pernah dilakoninya saat menjadi konsultan di McKinsey. Dua tahun
di Tres Maria Capital, Catherine dilamar oleh PT Sumber Alfaria Trijaya alias
Alfamart. Tugasnya merombak bisnis AlfaOnline agar pasarannya lebih meningkat.
Alfamart memiliki situs tersebut sejak tahun 2013. Tapi sayangnya, jumlah
transaksinya minimal 1.500 transaksi per hari.
Manajemen
Alfamart mendapuk Catherine, sebagai kepala eksekutif (chief executive
officer/CEO) dari AlfaOnline. Lulusan bisnis Nanyang Technological
University ini langsung tancap gas. Dia mengubah AlfaOnline menjadi
Alfacart.com pada bulan Mei 2016. Konsep bisnis dari Tres Maria Capital
diubahnya menjadi online to offline (O2O). Skema bisnis O2O ini menjagokan
gerai offline sebagai penunjang transaksi di media. Komisaris Alfaonline,
Budi Djoko Susanto mengaku sangat bersemangat menyambut sosok Catherine ke
dalam tim Alfaonline. Menurutnya, Catherine memiliki sederet pengalaman
karir yang menunjang, sehingga diyakini dapat membesarkan Alfaonline bersama
timnya.